Suatu hari, ketika saya masih duduk dikelas 1 SMA, saya melihat
seorang anak dari kelas saya berjalan pulang dari sekolah .
Namanya Kyle. Ia menenteng semua bukunya. Lalu saya pikir, "
kenapa ada orang yg masih mau membawa bukunya pulang pada hari
Jumat. "
Tiba - tiba saya melihat sekelompok anak kecil berlari ke
arahnya, dan dengan sengaja menabraknya. Bukunya berhamburan, dan ia pun jatuh ketanah berlumpur. Kacamatanya melayang jatuh ke rerumputan, kira - kira 10 kaki jauhnya dari tempat dimana Ia jatuh.. Ia menatap ke atas, dan kulihat kesedihan yang amat mendalam diwajahnya.Hatiku tergerak, dan merasa kasihan kepadanya.
Aku melangkah perlahan menghampirinya. Sambil merangkak , ia
melihat ke sekeliling, mencari kacamatanya. Kulihat matanya berlinang.
Kuambil kacamatanya dan kuberikan padanya. " Anak - anak tersebut
memang sangat nakal, " kataku kepadanya.
Ia menatapku dan berucap lembut : " Hey, terima kasih " Ia
tersenyum lebar. itulah senyuman tertulus, tanda ucapan terima
kasih, yang pernah kulihat selama ini.
Aku bantu dia mengumpulkan buku - bukunya yang berserakan, sambil kutanya dimana Ia tinggal. Ternyata, Ia tinggal dekat rumahku.
Sepanjang jalan ia bercerita, sementara buku - bukunya kubawakan.
Selama 4 tahun kemudian, kami terus bersahabat.
Kyle seorang bintang kelas dan aku bahkan sering menggodanya
sebagai kutu buku. Sebagai bintang kelas, Ia harus menyiapkan
pidato perpisahannya .
Persis pada hari wisuda kami, aku lihat Kyle tampak begitu gagah.
Benar - benar seorang anak SMA yang kerja keras dan berhasil yang
sungguh - sunggu patut dicontoh.
Ketika hendak memulai pidatonya, dia mengambil nafas dalam -
Dalam dan mulai berkata: "Wisuda adalah saat untuk mengucapkan terima kasih kepada orang - orang yang telah membantu kita melewati masa - masa yang berat. Orangtua kita,guru - guru, teman sekamar, mungkin para tutor, tetapi yang paling banyak adalah teman. Saya berdiri disini dan akan menceritakan sebuah kisah nyata."
Aku menatapnnya dengan rasa tidak percaya pada apa yang kemudian
kudengar. Ia bercerita bahwa suatu hari ia merasa sangat putus
asa, hingga ia berniat hendak bunuh diri diakhir minggu.
Ia memulai dengan mengosongkan lockernya supaya mamanya tidak
repot nantinya, dan ia mengangkut semua bukunya pulang.
Sambil terus bercerita, ia menatapku sambil tersenyum.
"Untungnya, saya diselamatkan. Seorang teman saya menyelamatkan saya dari rencana putus asa tersebut."
Saya menangkap getaran dalam suaranya, dan ia terdiam mengambil
nafas dan mengatur emosinya kembali. Saya juga menangkap emosi
para hadirin, hampir semua para menahan nafas dan terhanyut dalam
cerita tersebut.
Semua mata menatap pemuda pintar dan tampan yang sungguh populer itu menceritakan kenangannya tatkala melewati masa yang paling sulit dalam hidupnya. Saya juga melihat orangtuanya melihat
kearahku dengan tersenyum.
Belum pernah aku merasakan rasa yang begitu mendalam..
Teman, jangan sekali kali meremehkan tindakan yang anda lakukan.
Bahkan dengan tindakan kecil-pun anda dapat saja mengubah hidup
orang lain