Dua orang yang kapalnya karam terdampar di sebuah pulau. Salah seorang, John, berteriak-teriak, "Kita akan mati! Kita akan mati!" Temannya, Joe, tenang dan hanya bersandar di pohon kelapa.
John bertanya, "Bagaimana kamu bisa setenang itu? Joe menjawab, "Saya berpenghasilan $100,000 dolar per minggu. Dan saya tidak akan mati."
John bertanya, "Kita akan mati dan apa hubungannya dengan penghasilanmu yang $100,000 per minggu itu?"
Joe menjawab, "Ya saya memperoleh penghasilan $100,000 setiap minggu dan saya selalu memberikan perpuluhan untuk setiap sen yang saya dapat.
Pendeta saya pasti mati-matian mencari saya."HEBAT! … LUAR BIASA!
Seorang anggota jemaat yang sangat kaya datang ke pendetanya, "Saya ingin Pak Pendeta bersama Ibu melakukan perjalanan ke Tanah Suci dan seluruh ongkos akan saya tanggung. Bila Anda kembali saya akan memberi kejutan buat Anda. Pendeta itu menerima tawaran tersebut, dan ia bersama isterinya melakukan perjalanan ke Timur Tengah.
Tiga bulan kemudian mereka kembali dan ditemui oleh jemaat yang kaya itu. Ia mengatakan bahwa selama mereka bepergian ia telah membangun sebuah gereja baru. "Itu adalah gereja terhebat yang pernah ada, Pak Pendeta," kata orang itu. Dan ia benar, Gereja itu sangat megah baik di luar maupun di dalam.
Tetapi ada sesuatu yang aneh. Di situ hanya ada sederetan bangku yang letaknya paling belakang. Sebuah gereja hanya dengan sederet bangku?" tanya pendeta itu.
"Lihat saja hari Minggu nanti," kata orang kaya itu.
Ketika tiba waktunya untuk kebaktian Minggu, mereka yang datang pertama menduduki sederet bangku itu. Setelah deretan itu penuh, orang kaya itu memencet tombol dan deretan yang sudah penuh itu bergeser maju ke depan dan sederetan bangku yang kosong muncul dari bawah secara otomatis di belakang bangku yang sudah penuh itu. Begitu seterusnya hingga gereja itu penuh dari depan hingga belakang..
"Hebat!" kata pendeta, "Luar biasa! Jadi tidak ada bangku depan yang
kosong."
Kebaktian pun mulai, tiba saatnya pendeta berkhotbah. Tetapi sampai jam
12:00 tampaknya ia masih bersemangat, tidak ada tanda-tanda bahwa
khotbahnya akan berakhir. Tiba-tiba terdengar suara bel, dan sebuah pintu jebakan di belakang mimbar terbuka dan pendeta itu lenyap.
"Hebat!" kata jemaat, "Luar biasa!"