Minggu, 20 Februari 2011

KETEKUNAN & KESETIAAN

Ketekunan

Amsal 12: 24
”Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.”

Ketekunan dapat diartikan dengan pengejaran yang penuh determinasi ke tujuan yang bernilai. Ketekunan adalah kualitas yang memisahkan Anda dari yang lainnya. Kita tidak akan mendapatkan apapun di dalam hidup ini tanpa kerajinan. Kerajinan adalah bahan bakar yang meroketkan kita ke atas yang lainnya. Kerajinan menolak untuk menyerah atau putus asa. Kerajinan tetap aktiv sampai tujuan yang dikejar didapat atau diselesaikan.
Ketekunan berkata :

• Kita harus terus mengejar keinginan Tuhan dalam hidup kita.
• Kita tidak boleh puas hanya dengan menjadi kedua terbaik.
• Kita harus menolak godaan untuk menyerah atau tidak berani mencoba.

Apapun yang kita ingini, setan pasti akan berusaha untuk menggagalkan kita dalam mencapainya. Hanya mereka yang tetapi rajin dan tidak putus asa akan berkuasa pada akhirnya.
Yesus mati supaya kita dapat memiliki hidup yang berlimpah. Hidup seperti itu hanya akan didapat oleh mereka yang tidak menyerah di masa- masa sulit datang. Jika kita benar- benar ingin melebihi yang lainnya, kita harus menolak segala gerakan mundur dan terus maju di saat orang- orang lain berhenti.
Kesetiaan

1 Raja- Raja 8: 61
„dan hendaklah kamu berpaut kepada TUHAN, Allah kita, dengan sepenuh hatimu dan dengan hidup menurut segala ketetapan-Nya dan dengan tetap mengikuti segala perintah-Nya seperti pada hari ini."
Setelah selesai dari pelayanan mereka, Yesus dan murid- muridnya naik ke sebuah perahu untuk mendapatkan ketenangan dan istirahat yang cukup. Tetapi danau Galilea sangat sulit ditebak, dan karena ombak sedang tenang, Yesus tertidur. Tiba- tiba Ia dibangunkan oleh seseorang yang meminta tolong kepada-Nya untuk menyelamatkan mereka. Mencengangkan, Yesus tidak dapat mempercayai bagaimana mereka begitu cepat meninggalkan iman mereka. Dimana kepercayaan mereka? Menjadi contoh utama kita, Yesus setia dan percaya kepada Bapa-Nya sampai akhirnya Ia disalibkan.
Kesetiaan dapat dibuktikan di akhir hidup seseorang. Contohnya, seorang suami berkata, “ Saya setia kepada istri saya 6 hari dalam seminggu, saya hanya bersama wanita lain untuk satu malam.” Apakah ia setia? Tentu saja tidak! Begitu juga kita, kecuali kita tetap setia sampai hari terahir kita.
Saat kita sampai ke Surga, kita semua ingin mendengar, “ masuklah, hambaKu yang baik dan setia.” Bahkan Tuhan yang mengenal hati kita, tidak menghakimi apakah seseorang setia atau tidak sampai hari terakhir mereka. Mengapa? Sederhana; karena mereka yang berhenti untuk setia membuktikan bahwa mereka tidak pernah setia. Kita harus mengambil keputusan untuk menjalani hidup yang setia sampai akhir.